Buku ini ingin mengantarkan pada setetes lautan Filsafat Iluminasi Islam (Isyraqi) yang diinisiasi oleh Suhrawardi (d.587/1191) seorang saga, darwis, martil, filsuf, ahl logika, sekaligus, ahli bid’ah ( heresy) dan  pegiat sosial, keagamaan dan traveler sejati.

Kontennya sebagian besar disadur dari disertasi penulis  yang merupakan rintisan penelitian untuk memperkenalkan Filsafat Iluminasi (isyraqi) kepada masyarakat Indonesia. Upaya itu dilakukan dengan membaca kembali (reinterpretasi) Filsafat Iluminaasi (isyraqi), dengan menggali misi dan visi dari sang martir (al-maqtul) melalui  teks-teks filsafatnya dan syarah-syarahnya secara intensif. Juga dengan menelusuri biograpi filsuf muda ini yang memandang bahwa filsafat adalah the way of life . 

Jujur,  bahwa pembacaan ulang ini juga harus dibaca ulang lagi mengingat karya ini hanya mewakili sepersepuluh lebih dari lautan yang tak bertepi yang dirajut dengan tasawuf, filsafat peripatetik dan kebijakan kuno. Yang Kedua masih ada literatur sastra sufinya dan novel yang tidak dikaji dalam buku ini dan ketiga Suhrawardi sebenarnya lebih memiliki tradisi oral dalam menyampaikan filsafat demi menjaga kerahasiaan ilmu ini agar tidak sembarangan disampaikan kepada audience yang bukan ahlinya dan keempat penulis mengaku belum menjadi ekspert yang total seperti Ziai, Corbin, Roxanne, Jambet, Jerrahi, Nasr. Walbridge, Razavi, Yazdan, Hemmat, dan pakar lainnya. 

Mengkaji korpusnya tetralogi filsafat (al-majmu’ah al mushanafat) bukan hal yang mudah, membutuhkan studi antar disiplin (inter-discipline studies).  Filsafat tidak pernah mati dan tidak akan pernah mati selama ada manusia yang menghuni planet bumi karena filsafat itu manusiawi dan ilahi (divine) sekaligus. Setelah Suhrawardi memanusiakan filsafat dilanjutkan oleh Mulla  Sadra, sebagian pakar menjadikan aliran filsafat Iluminasi (isyraqi) sebagai payung bagi semua filsafat yang mengintegrasikan kontemplasi dan praxis
Buku rintisan ini  mencoba membaca tetralogi kitab filsafat Suhrawardi : at-Talwihat, al-Muqawwamat,  al-Masyari’ wa al Mutharahat dan al-Hikmah Israqiyah  serta  melacak jejak pemikiran ke masa lampau sejak Plato, Aristoteles, dan filsuf lain juga  kearifan universal dan perenial   dengan segala keterbatasan waktu dan kelemahan penulis. Titik kulminasinya adalah Filsafat Transendental yang dirintis oleh saga  (hakim) lain yang bernama  Shadr a-din Shirazi, Mulla Sadra.
">

ORDER VIA WHATSAPP

Detil Buku

Filsafat Iluminasi Islam

Quick Overview

Judul : Filsafat Iluminasi Islam

Penulis :

Tahun Terbit :

               

               

               

ISBN : -

Buku ini ingin mengantarkan pada setetes lautan Filsafat Iluminasi Islam (Isyraqi) yang diinisiasi oleh Suhrawardi (d.587/1191) seorang saga, darwis, martil, filsuf, ahl logika, sekaligus, ahli bid’ah ( heresy) dan  pegiat sosial, keagamaan dan traveler sejati.

Kontennya sebagian besar disadur dari disertasi penulis  yang merupakan rintisan penelitian untuk memperkenalkan Filsafat Iluminasi (isyraqi) kepada masyarakat Indonesia. Upaya itu dilakukan dengan membaca kembali (reinterpretasi) Filsafat Iluminaasi (isyraqi), dengan menggali misi dan visi dari sang martir (al-maqtul) melalui  teks-teks filsafatnya dan syarah-syarahnya secara intensif. Juga dengan menelusuri biograpi filsuf muda ini yang memandang bahwa filsafat adalah the way of life . 

Jujur,  bahwa pembacaan ulang ini juga harus dibaca ulang lagi mengingat karya ini hanya mewakili sepersepuluh lebih dari lautan yang tak bertepi yang dirajut dengan tasawuf, filsafat peripatetik dan kebijakan kuno. Yang Kedua masih ada literatur sastra sufinya dan novel yang tidak dikaji dalam buku ini dan ketiga Suhrawardi sebenarnya lebih memiliki tradisi oral dalam menyampaikan filsafat demi menjaga kerahasiaan ilmu ini agar tidak sembarangan disampaikan kepada audience yang bukan ahlinya dan keempat penulis mengaku belum menjadi ekspert yang total seperti Ziai, Corbin, Roxanne, Jambet, Jerrahi, Nasr. Walbridge, Razavi, Yazdan, Hemmat, dan pakar lainnya. 

Mengkaji korpusnya tetralogi filsafat (al-majmu’ah al mushanafat) bukan hal yang mudah, membutuhkan studi antar disiplin (inter-discipline studies).  Filsafat tidak pernah mati dan tidak akan pernah mati selama ada manusia yang menghuni planet bumi karena filsafat itu manusiawi dan ilahi (divine) sekaligus. Setelah Suhrawardi memanusiakan filsafat dilanjutkan oleh Mulla  Sadra, sebagian pakar menjadikan aliran filsafat Iluminasi (isyraqi) sebagai payung bagi semua filsafat yang mengintegrasikan kontemplasi dan praxis
Buku rintisan ini  mencoba membaca tetralogi kitab filsafat Suhrawardi : at-Talwihat, al-Muqawwamat,  al-Masyari’ wa al Mutharahat dan al-Hikmah Israqiyah  serta  melacak jejak pemikiran ke masa lampau sejak Plato, Aristoteles, dan filsuf lain juga  kearifan universal dan perenial   dengan segala keterbatasan waktu dan kelemahan penulis. Titik kulminasinya adalah Filsafat Transendental yang dirintis oleh saga  (hakim) lain yang bernama  Shadr a-din Shirazi, Mulla Sadra.

  • Rp. 0
  • |

Deskripsi

Buku ini ingin mengantarkan pada setetes lautan Filsafat Iluminasi Islam (Isyraqi) yang diinisiasi oleh Suhrawardi (d.587/1191) seorang saga, darwis, martil, filsuf, ahl logika, sekaligus, ahli bid’ah ( heresy) dan  pegiat sosial, keagamaan dan traveler sejati.

Kontennya sebagian besar disadur dari disertasi penulis  yang merupakan rintisan penelitian untuk memperkenalkan Filsafat Iluminasi (isyraqi) kepada masyarakat Indonesia. Upaya itu dilakukan dengan membaca kembali (reinterpretasi) Filsafat Iluminaasi (isyraqi), dengan menggali misi dan visi dari sang martir (al-maqtul) melalui  teks-teks filsafatnya dan syarah-syarahnya secara intensif. Juga dengan menelusuri biograpi filsuf muda ini yang memandang bahwa filsafat adalah the way of life . 

Jujur,  bahwa pembacaan ulang ini juga harus dibaca ulang lagi mengingat karya ini hanya mewakili sepersepuluh lebih dari lautan yang tak bertepi yang dirajut dengan tasawuf, filsafat peripatetik dan kebijakan kuno. Yang Kedua masih ada literatur sastra sufinya dan novel yang tidak dikaji dalam buku ini dan ketiga Suhrawardi sebenarnya lebih memiliki tradisi oral dalam menyampaikan filsafat demi menjaga kerahasiaan ilmu ini agar tidak sembarangan disampaikan kepada audience yang bukan ahlinya dan keempat penulis mengaku belum menjadi ekspert yang total seperti Ziai, Corbin, Roxanne, Jambet, Jerrahi, Nasr. Walbridge, Razavi, Yazdan, Hemmat, dan pakar lainnya. 

Mengkaji korpusnya tetralogi filsafat (al-majmu’ah al mushanafat) bukan hal yang mudah, membutuhkan studi antar disiplin (inter-discipline studies).  Filsafat tidak pernah mati dan tidak akan pernah mati selama ada manusia yang menghuni planet bumi karena filsafat itu manusiawi dan ilahi (divine) sekaligus. Setelah Suhrawardi memanusiakan filsafat dilanjutkan oleh Mulla  Sadra, sebagian pakar menjadikan aliran filsafat Iluminasi (isyraqi) sebagai payung bagi semua filsafat yang mengintegrasikan kontemplasi dan praxis
Buku rintisan ini  mencoba membaca tetralogi kitab filsafat Suhrawardi : at-Talwihat, al-Muqawwamat,  al-Masyari’ wa al Mutharahat dan al-Hikmah Israqiyah  serta  melacak jejak pemikiran ke masa lampau sejak Plato, Aristoteles, dan filsuf lain juga  kearifan universal dan perenial   dengan segala keterbatasan waktu dan kelemahan penulis. Titik kulminasinya adalah Filsafat Transendental yang dirintis oleh saga  (hakim) lain yang bernama  Shadr a-din Shirazi, Mulla Sadra.

Ringkasan